Kamis, 11 Oktober 2012

PENGUKURAN (MEASUREMENT)


Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari ataupun tidak sebenarnya kita telah sering melakukan kegiatan pengukuran, hal ini juga yang dikembangkan dalam bidang ilmu Psikologi namun bedanya adalah objek/ atribut yang diukur, alat ukur serta prosedur pengukurannya. Ilmu pengukuran sendiri merupakan cabang dari ilmu statistika terapan yang bertujuan membangun dasar-dasar pengembangan tes agar lebih baik sehingga diharapkan dapat menghasilkan tes yang berfungsi optimal, valid serta reliable. Pada kesempatan kali ini kita akan sama-sama membahas apa itu measurement dalam pandangan Psikologi. 

DEFINISI MEASUREMENT
  • Steven, 1946 : measurement is the assignment of numerals to object or events according to rules.
  • Nunnaly, 1970 : measurement is rules for assigning numbers to objects in such a way as to represent quantities of attributes.
Jadi dapat dikatakan bahwa Pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variable sepanjang suatu kontinum.

Sedangkan pengukuran psikologi merupakan pengukuran dengan obyek psikologis tertentu. Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological attributes atau psychological traits, yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi perilaku. Perilaku sendiri merupakan ungkapan atau ekspresi dari ciri tersebut, yang dapat diobservasi. Namun tidak semua hal yang psikologis dapat diobservasi. Oleh karena itu dibutuhkan indikator-indikator yang memberikan tanda tentang derajat perilaku yang diukur. Agar indikator-indikator tersebut dapat didefinisikan dengan lebih tepat, dibutuhkan psychological attributes / traits yang disebut konstruk (construct).
 
Konstruk adalah konsep hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha membangun teori untuk menjelaskan tingkah laku. Indikator dari suatu konstruk psikologis diperoleh melalui berbagai sumber seperti hasil-hasil penelitian, teori, observasi, wawancara, elisitasi (terutama untuk konstruk sikap) lalu dinyatakan dalam definisi operasional.
 
Kegiatan pengukuran psikologis sering disebut juga tes. Tes adalah kegiatan mengamati atau mengumpulkan sampel tingkah laku yang dimiliki individu secara sistematis dan terstandar. Disebut “sampel tingkah laku”, karena tes hanya mendapatkan data pada waktu tertentu serta dalam kondisi dan konteks tertentu. Artinya, pada saat tes berlangsung, diharapkan data yang diperoleh merupakan representasi dari tingkah laku yang diukur secara keseluruhan. Konsekuensi dari pemahaman ini antara lain:
  • Terkadang hasil tes tidak menggambarkan kondisi pisikologis individu (yang diukur) yang sebenarnya.  
  • Hasil tes sangat dipengaruhi oleh faktor situasional seperti kecemasan akan suasana tes itu sendiri, kesehatan, keberadaan lingkungan fisik mis. ramai, panas dan sebagainya.
  • Hasil tes yang diambil pada suatu saat, belum tentu akan sama jika tes dilakukan lagi pada beberapa waktu kemudian walaupun ini merupakan isu reliabililtas. 
  • Hasil tes belum tentu menggambarkan kondisi psikologis individu dalam segala konteks.

Pada dasarnya tes terdiri dari dua jenis, yaitu:

  1. Optimal Performance test: melihat kemampuan optimal individu
  2. Typical Performance test: memuat perasaan, sikap, minat, atau reaksi-reaksi situasional individu. Tes ini sering disebut sebagai inventory test.


PERKEMBANGAN SEJARAH PENGUKURAN PSIKOLOGI
Pada awalnya, pengukuran psikologi umumnya di pengaruhi oleh ilmu fisiologi dan fisika.


  • Kontribusi Psikofisika, Psikofisika dianggap suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan kuantitatif antara kejadian-kejadian fisik dan kejadian-kejadian psikologis atau dalam arti luas yang dipelajari adalah hubungan antara stimulus dan respon. (kontribusi Thurstone mengenai “low of comparative judgment”)
  • Kontribusi Francis Galton, Sir Francis Galton adalah seorang ahli biologi yang berminat pada factor hereditas manusia dengan mendirikan laboratorium antropometri guna melakukan pengukuran ciri-ciri fisiologis.  misalnya ketajaman pendengaran, ketajaman penglihatan, kekuatan otot, waktu reaki dan lain-lain fungsi sensorimotor yang sederhana, serta fungsi kinestetik. Galton yakin bahwa ketajaman sensoris bersangkutan dengan kemampuan intelektual orang.
  • Awal Gerakan Testing Psikologi, Orang yang dianggap mempunyai kontribusi pening dalam gerakan testing psikologi adalah seorang ahli psikologi Amerika, James McKeen Cattell. Disertasinya du Universitas Leipzig mengenai perbedaan individual dalam waktu reaksi. Tes yang dikembangkan di Eropa pada akhir abad XIX cenderung meliputi fungsi yang lebih kompleks. Salah satu contohnya adalah tes Kraepelin. Tes Kraepelin berupa penggunaan operasi-operasi arithmatik yang sederhana dirancang untuk mengukur pengaruh latihan, ingatan dan kerentanan terhadap kelelahan dan distraksi. 
  • Binet dan tes intelegensi,Sebuah tes yang disusun oleh Binet dan Simon tahun 1905 disebut menghasilkan skala Binet-Simon. Skala ini terkenal dengan nama skala 1905. Skala ini pada awalnya untuk mengukur dan mengidentifikasi anak-anak yang terbelakang agar mereka mendapatkan pendidikan yang memadai. Pada skala versi kedua tahun 1908, jumlah soal ditambah. Soal-soal itu dikelomokkan menurut jenajng umur berdasar atas kinerja 300 orang anak normal berumur 3 sampai 13 tahun. Dalam berbagai adaptasi dan terjemahan istilah jenjang mental diganti dengan umur mental (mental age), dan istilah inilah yang kemudian menjadi popular.Revisi skala ketiga skala Binet-Simon diterbitkan tahun 1911, beberapa bulan setelah Binet meninggal mendadak. Pada tahun 1912, dalam Kongres Psikologi Internasional di Genewa, William Stern, seorang ahli psikologi Jerman, mengusulkan konsep koefisien Intelegensi yaitu IQ = MA/CA. Konsep ini yang dipakai dalam skala Binet yang direvisi di Universitas Stanford, yang terkenal dengan nama Skala Stanford-Binet yang diterbitkan tahun 1916, kemudian revisinya tahun 1937 dan revisi selanjutnya tahun 1960.
  • Testing Kelompok, komite psikologi yang diketuai Robert M. Yankes, menyusun instrument yang dapat mengklasifikasi individu tetapi diberikan secara kelompok. Dalam konteks semacam ini, tes intelgensi kelompok yang pertama dikembangkan. Tes yang dikembangkan oleh ahli psikologi dalam militer itu kemudian terkenal dengan nama Army Alpha dan Army Beta.
  • Pengukuran Potensial Intelektual, Karena desakan kebutuhan praktis dalam berbagai bidang misalnya dalam bidang bimbingan dan konseling, dalam pemilihan program studi, dalam penempatan karyawan, dalam analisis klinis, dan sebagainya, maka upaya pengembangan tes potensial individu khusus itu dilakukan. Kebanyakan penelitian di kalangan militer didasarkan pada analisis factor dan diarahkan kepada pengembangan multiple aptitude test batteries.
  • Tes Hasil Belajar, Pada waktu para ahli psikolog sibuk mengembangkan tes intelegensi dan tes potensial khusus, ujian-ujian tradisional di sekolah-sekolah mengalami perbaikan teknis. Terjadi pergeseran dari bentuk esai ke ujian tes objektif. Pelopor perubahan ini adalah penerbitan The Achievement Test pada tahun 1923. Dengan tes ini dapat dibuat perbandingan beberapa sekolah pada sejumlah mata pelajaran dengan menggunakan satu norma. Karakteristik yang demikian itu merupakan penerapan tes hasil belajar baku yang berlaku sampai sekarang.
  • Tes Proyektif, Pada awal abad XX kelompok psikiater dan psikolog yang berlatar belakang Psikologi Dalam di Eropa berupaya mengembangkan instrument yang dapat digunakan untuk mengungkapkan isi batin yang tidak disadari. Pelopor upaya ini adalah Herman Rorschach, seorang psikiater dari Swiss. Selama 10 tahun (1912 – 1922) Herman Rorschach mencobakan sejumlah besar gambar-gambar tak berstruktur untuk mengungkapkan isi batin tertekan pada pasiens-pasiennya. Dari sejumlah besar gambar-gambar tersebut akhirnya dipilih 10 gambar yang dibakukan, dan perangkat inilah yang kemudian terkenal dengan nama Tes Rorschach. Setelah itu sejumlah upaya dilakukan untuk mengembangkan tes proyektif yang lain, dan hasilnya antara lain Holtzman Inkbold Technique, Themaatic Apperception Test, Tes Rumah Pohon dan Orang, Tes Szondi, dan yang sejenisnya.


Dari wacana diatas membuat kita menjadi memiliki gambaran tentang bagaimana proses perkembangan alat tes Psikologi mulai dari awal hingga saat ini, semoga hal ini dapat menjadi masukan untuk kita agar dapat termotivasi untuk lebih tertarik dan banyak mencari tahu mengenai bagaimana cara membuat alat ukur Psikologi yang valid dan reliable untuk dapat di implementasikan secara baik dan benar seperti hal nya alat-alat ukur sebelumnya.


1 komentar:

  1. PERFECTO...!! thanks Bu Rizma sudah hadirkan informasi yang lengkap sistematis, enak dibaca...dan sangat bermanfaat untuk saya pribadi dalam pengetahuan alat tes Psikologi...ditunggu berbagi tulisannya...

    BalasHapus