Kamis, 27 September 2012

SERBA SERBI TES INTELIGENSI

Berbicara mengenai alat ukur Psikologi, salah satunya yang paling sering kita dengar adalah Tes Inteligensi.Pada pertemuan ke dua kali ini Ibu Sanita Magda Idhola,S.Psi.,M.Psi sebagai dosen pengganti mencoba menjelaskan peran dan juga sejarah dari Tes inteligensi itu sendiri.  Berikut ini adalah review dari hasil materi yang dipelajari selama perkuliahan di kelas, kemudian saya tambahkan sedikit penjelasan beliau dengan beberapa informasi lain untuk melengkapi bahasan dari  materi. Sebelumnya mari kita lihat apa sich pengertian dari inteligensi itu sendiri ?

DEFINISI
Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif (Menurut David Wechsler),  atau secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.
Alfred Binet, tokoh perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan  intelegensi terdiri dari tiga komponen, yakni :
  1. Kemampuan untuk mengolah pikiran atau mengarahkan tindakan.
  2. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut tengah dilaksanakan.
  3. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autokritisme.

Dalam perkembangannya ada juga yang memberikan definisi lain mengenai inteligensi,  seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS yang bernama Prof. Dr.Howard Gardner merumuskan teorinya Multiple Intelligences ( kecerdasan ganda / majemuk ) yang lebih berdasar pada pola kebiasaan individu, dalam hal ini  beliau mengemukakan adanya 9 kecerdasan yaitu :
  1. Intelegensi Linguistik
  2. Intelegensi matematis-Logis
  3. Intelegensi Ruang-Spasial
  4. Intelegensi Kinestetik-badani
  5. Intelegensi Musik
  6. Intelegensi Interpersonal                                                                                       
  7. Intelegensi Intrapersonal
  8. Intelegensi lingkungan/Naturalis
  9. Intelegensi eksistensial

Kembali pada topik awal, Tes Inteligensi merupakan ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu dalam hubungan dengan norma usia tertentu. Jadi Tes inteligensi merupakan sebuah tools yang  digunakan untuk mengetahuI seberapa tingkat kecerdasan seseorang yang di tes dalam hal ini adalah Testee.

Dalam hal ini terdapat 2 pandangan mengenai tes inteligensi yaitu :
  • Pandangan Kualitatif  : Pandangan ini mengatakan adanya perbedaan yang yang mendasar antara satu individu dengan individu yang lain.
  • Pandangan Kuantitatif : Pandangan ini mengatakan bahwa  adanya perbedaan materi yang diterima atau perbedaan proses belajarlah yang membuat adanya perbedaan inteligensi antar masing-masing individu.

SEJARAH TES INTELIGENSI
  • Untuk menentukan kompetensi para calon pejabat Negara di Cina (abad XIV), dengan memberikan ujian tertulis untuk mengukur kemampuan menulis puisi serta pengetahuan konvusion klasik yang dilakukan dalam beberapa tahapan.
  • Seorang psikolog berkebangsaan Amerika James Mckeen Cattell (1860-1944), meneruskan perkembangan tes inteligensi di amerika  dengan istilah “tes mental”. Keseriusan beliau nampak dari tulisannya yang diterbiTkan menjadi sebuah buku yang diberi judul “ Mental Tes and Measuremens” (1890).

LATAR BELAKANG
  • 1812 -1180 : E. Seguin, pionir dalam bidang tes intelegensi yang mengembangkan sebuah papan yang berbentuk sederhana untuk menegakkan diagnosis keterbelakangan mental dan mendapat julukan sebagai  bapak dari tes performansi.
  • 1906 : Henry H. Goddard : meneruskan usaha yang dilakukan E. Seguin dengan melakukan usaha standanisir.
  • 1863 – 1944 : Joseph Jasnow, mengembangkan daftar norma-norma dalam pengukuran psikologis. 
  • 1896 : G.C. Ferrari, mempublikasikan tes yang bisa dipakai untuk mendiagnosis keterbelakangan mental. 
  • August Oehr :  mengadakan penelitian inhmetasi antara berbagai fungsi psikologis (h. 14). 
  • E. Kraepelin :menyokong usaha ini dengan 4(empat) macam tes yang dikembangkan, di antaranya yaitu:
  1. Koordinasi motoric 
  2. Asosiasi kata-kata 
  3. Fungsi persepsi 
  4. Ingatan 
  • 1895 - Kraepelin juga mengembangkan tes intelegensi yang berkaiatan dengan tes penataran aritmatik dan kalkulasi sederhana.

Berikut ini adalah jenis-jenis tes inteligensi berdasarkan penataannya,  yaitu :
Tes Intelegensi individual, beberapa di antaranya: 
  • Stanford – Binet Intelegence Scale. 
  • Wechster – Bellevue Intelegence Scale (WBIS) 
  • Wechster – Intelegence Scale For Children (WISC) 
  • Wechster – Ault Intelegence Scale (WAIS) 
  • Wechster Preschool and Prymary Scale of Intelegence (WPPSI)
Tes Intelegensi kelompok, beberapa di antaranya: 
  • Pintner Cunningham Prymary Test 
  • The California Test of Mental Makurity 
  • The Henmon – Nelson Test Mental Ability 
  • Otis – Lennon Mental Ability Test 
  • Progassive Matrices
Tes Intellegensi dengan tindakan perbuatan
Untuk tujuan program layanan bimbingan di sekolah yang akan dibahas adalah tes intelegensi kelompok berupa:
  • The California Test of Mental Maturity (CTMM) 
  • The Henmon – Nelson Test Mental Ability 
  • Otis – Lennon Mental Ability Test
  • Progassive Matrices. (22)

INTELIGENSI DALAM PERSEPSI KOGNITIF

INTELIGENSI DALAM PERSEPSI NEUROBIOLOGIS
Hal ini didasari oleh adanya pengaruh dari fungsi  otak terhadap inteligensi.
Berkaitan dengan studi tentang memori manusia, Solso (1988) membaginya ke dalam 2 dikotomi yaitu :Struktur dan proses .
  • Struktur pada memori manusia menurut para psikolog koginiti dikatakan bersifat dualistic, yaitu berupa Short-term Memory (STM) dan Long-term Memory (LTM).
  • Sedangkan, Proses pengelolaan informasi  dalam otak menurut Solso  ada 3 faktor, yaitu :
  1. Memori Jangka Pendek
  2. Pengetahuan Umum
  3. Penalaran & Pemecahan masalah

INTELIGENSI DALAM PERSEPSI PSIKOMETRI
  • Two Factors Theory  (Charles Spearman):  General  Ability & Special Ability.
  • Multiple Factors Theory  (Thurstone 1887), mengemukakan 7 kemampuan mental yaitu : pemahaman verbal, kemampuan mengolah angka, kelancaran kata, pengamatan visual keruangan, ingatan assosiatif, penalaran dan kecepatan mempersepsi.
  • Structure of Intellect (Guilford) ,Teori ini mengemukakan adanya perbedaan dalam pola berfikir konvergentif dengan divergentif. Intelegensi dibangun atas 3 hal,yaitu : operasi, isi dan hasil.
  • Teori Hierarki (Vernon 1905), Vernon menempatkan satu faktor umum dipuncak hierarkinya. Dibawahnya kemudian terdapat faktor intelegensi yang utama (mayor), yaitu Verbal educational (v: ed) dan practical mechanical (k:m).

Begitulah kurang lebih inti sari dari materi yang berhasil saya rangkum, semoga dapat menambah pengetahuan kita atau mungkin sebagai sarana pengingat terhadap beberapa point penting seputar materi tes inteligensi.

Secara garis besar, saya katakan “ berapapun tingkat inteligensi Anda bukanlah satu-satunya faktor penentu seseorang itu berhasil, namun bagaimana cara Anda memberdayakan dan mengembangkan potensi Anda dengan tingkat inteligensi yang Anda miliki itulah yang akan menentukan keberhasilan. “

Rabu, 19 September 2012

Perkenalan dengan Materi Konstruksi Alat Ukur Psikologi


Konstruksi alat ukur Psikologi merupakan hal yang baru bagi saya, sebagai seorang mahasiswi jurusan Psikologi baru di semester 8 ini saya diperkenalkan dengan materi kuliah ini. Hal yang menjadi pertanyaan dalam benak saya saat itu, kira-kira apa yang menarik dari materi kuliah ini ? dan kenapa Dosen saya kekeh mengatakan hal ini amat penting untuk dikuasai? 

Pada hari minggu 16 September 2012 itulah awal perkenalan saya dengan Dosen baru kami yaitu Mr Seta A. Wicaksana dan juga dengan mata kuliah konstruksi alat ukur Psikologi. Sebagai awal perkenalan banyak hal yang diutarakan oleh Mr. Seta A. Wicaksana mengenai pengalamannya, pemahamannya dan pendapatnya mengenai materi ini dengan gayanya yang santai, energik namun tetap serius dan konsisten pada jalur materi  beliau berhasil meyakinkan saya atau mungkin juga teman-teman yang lain untuk lebih mendalami materi ini karna rasa penasaran kami akan materi ini yang katanya cukup sulit untuk dipahami...benarkah? Berikut saya akan  mengungkapkan sekelumit hal dari hasil pertemuan pertama kuliah kami di kelas.

Kita menyadari bahwa di era modern saat ini perkembangan dari segala sektor semakin menunjukan eksistensinya seperti teknologi yang semakin canggih misalnya, namun tidak sedikit yang berujung pada permasalahan kualitas SDM. Oleh karnanya banyak sekali lembaga yang menawarkan jasa dalam bidang  tes Psikologi dengan tujuan dapat menggali potensi dan membantu bidang industry dalam menempatkan orang-orang yang tepat untuk menjalankan bisnisnya, bidang pendidikan dalam membantu mengarahkan secara personal bagi mereka yang ingin mengetahui potensi yang dimiliki serta mengembangkan kearah yang tepat dan lain-lain sebagainya.  Yang jadi pertanyaan adalah apakah alat ukur Psikologi atau alat tes Psikologi juga ikut berkembang menyeimbangi perkembangan zaman saat ini ?
 
Mungkin sebagian dari kita telah mengenal beberapa alat tes Psikologi yang sering digunakan dalam beberapa kesempatan baik itu di dalam dunia kerja maupun pendidikan. Berikut  beberapa contohnya : 

Macam-macam alat tes inteligensi :
  • APM
  • TKD
  • IST
  • WISC
  • CFIT
  • dan lain-lain

Dari beberapa macam alat tes inteligensi ini, kita semestinya dapat melihat adanya peluang. Peluang itu dapat kita ketahui dengan menelaah misalnya kita mengetahui bahwa beberapa alat tes ini merupakan alat tes yang sudah usang dan ada kemungkinan untuk beberapa hal tidak lagi sesuai dengan keadaan saat ini, maka seharusnya kita dapat secara aktiv melihat peluang dengan melakukan revisi atau menciptakan alat tes yang baru yang lebih up to date dengan keadaan saat ini.

Macam-macam alat tes inventory :
  • SSCT
  • RMIB
  • DISC
  • PAPI
  • EPPSdan lain-lain

Iventory merupakan self assessment, dalam hal ini kita mengetahui adanya  kemungkinan bagi testee untuk mencoba mencocokan atau memanipulasi kepribadiannya dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan atau lembaga pendidikan dimana pada saat itu ia di tes. PAPI merupakan alat tes inventory yang baik menurut Mr. Seta A. Wicaksana beliau menjelaskan karena  :
  • Tidak adanya skala numeric dalam mengukur sikap di dalam tes PAPI
  • Adanya pilihan sikap yang saling bertolak belakang yang mendekati dengan kepribadian testee yang dapat dipilih oleh testee sendiri.

Didalam proses test ada kemungkinan gagal, hal itu bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor yakni :
  • Kekurangsiapan testee pada saat test berlangsung  (faktor fisik ataupun psikologis)
  • Ketidakmampuan tester dalam building raport dan penyelenggaraan test.
  • Ketidakcocokan alat test dengan kebutuhan atau mungkin keadaan/situasi dimana proses test berlangsung.

Dengan mengetahui hal ini lalu apa yang sebenarnya harus kita perhatikan dan kita lakukan sebagai seorang mahasiswa psikologi yang sedang mempersiapkan diri terhadap profesi sebagai psikolog ?
 
Dalam hal ini dijelaskan bahwa seorang Psikolog harus menguasai diri dengan :
  • Practice base
  • Evidence base
  • Potency base

Dari hal-hal yang diutarakan diatas semakin membuat saya ingin tahu apa sich pengertian dari practice base, evidence base dan potency base? bagaimana caranya agar hal itu semua dapat dikuasai ? lalu bagaimana prosesnya ?  semoga hal ini dapat kita temukan jawabannya pada pertemuan kuliah selanjutnya
 
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat alat tes Psikologi , Mr Seta menjelaskan antara lain adalah :
  • Membuat Konstruk
  • Merancang konsep-konsep  dan dimensi-dimensi
  • Melakukan uji coba

Sebagai penutup perkuliahan kemarin saya mengutip sebuah kalimat sakti yang diutarakan oleh dosen saya Mr Seta A. Wicaksana, dan saya rasa hal ini cukup menginspirasi dan memotivasi bagi kami semua yaitu :
 
“ Manusia adalah makhluk yang kreatif, jangan pernah menunggu untuk sesuatu hal ! karna kitalah yang akan menentukan nasib kita sendiri itu akan seperti apa? untuk itu kita harus menjadi  manusia yang aktiv”